![]() |
Pict : www.prolg.org |
Aktivitas transkripsi ini paling umum dilakukan oleh kalangan wartawan, khususnya wartawan media cetak. Berbeda dengan wartawan media elektronik yang cukup dengan merekam pembicaraan dari narasumber kemudian menyiarkannya, wartawan media cetak harus menuliskan pembicaraan yang direkamnya. Sedangkan bagi saya pribadi membuat sebuah transkrip adalah suatu kebutuhan dan tantangan. Saya banyak menghabiskan waktu di depan komputer, untuk memenuhi kebutuhan spiritual saya biasa mendengarkan atau menonton ceramah-ceramah berupa video atau mp3. Namun seringkali aktivitas itu terganggu oleh hal lain yang menyebabkan materi yang disampaikan kurang dipahami, oleh karena itu saya mencoba untuk menuliskannya.
Proses membuat tulisan dari suatu file MP3 atau video tidaklah mudah. Seringkali hasil tulisan terkesan rancu dan kurang menarik. Namun bukan berarti tidak bisa. Seorang peneliti dari Monash, Australia, Jullian P. Millie pernah melakukan transkripsi dari kaset ceramah K.H. A.F Ghazali. Dalam bukunya Sermons of A.F. Ghazali (Ceramah-ceramah A.F. Ghazali) dia menyajikan ceramah sang da'i dalam bentuk tulisan dalam dua bahasa. Namun berdasarkan penilaian orang yang pernah membacanya, tulisan ini tidak kehilangan 'rasa' ceramah tersebut, sangat sesuai dengan ceramah aslinya dalam bentuk audio. Karyanya akan mendokumentasikan dan menyelamatkan khazanah kebudayaan masyarakat Sunda dari senjakala kepunahan. Dengan menuliskan tradisi lisan tersebut, maka ceramah sebagai satu khazanah budaya diawetkan dan dilestarikan dalam bentuk tulisan, verba volant, scripta manent. (Dede Syarif)
Selain bermanfaat untuk membudayakan kebiasaan membaca, transkripsi juga berguna untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang banyak dari seseorang yang kurang pandai menyampaikan pesan melalui tulisan. Andrias Harefa dalam bukunya "Kiat Menulis di Media" menyebutkan bahwa K.H Zainuddin M. Z (Alm) pernah membuat tulisan di media namun pesannya kurang jelas dan tidak semenarik pesan yang disampaikan melalui ceramah lisan. Oleh karena itu melalui keahlian seorang transkriptor, pesan dapat disampaikan melalui tulisan tanpa kehilangan esensinya.
Untuk menjadi seorang transkriptor yang baik diperlukan latihan yang berulang-ulang dan terus-menerus. Tidak ada keahlian yang dicapai dalam waktu instan, segalanya membutuhkan proses. Selain itu ilmu mengenai transkripsi juga perlu dimiliki agar seorang transkriptor dapat mengubah pesan lisan menjadi tulisan dengan baik dan akurat. Yang pertama dilakukan saat membuat transkrip adalah menyimak dan menuliskannya hingga selesai. Selanjutnya transkrip yang sudah jadi perlu disunting untuk memastikan keakuratan hasil transkripsi. Dalam proses editing ada tiga tahap penting yang harus dilakukan. Seorang ahli wawancara berkebangsaan Columbia, Clarence Mershon menngatakan bahwa tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Membaca ulang hasil transkripsi sambil mendengarkan sumber pembicaraan. Dalam tahap ini kita perlu :
- Mencari kesalahan dalam transkrip kita (konten pembicaraan) dan mengoreksinya.
- Mencari kesalahan tanda baca dan mengoreksinya.
- Memeriksa ejaan.
2. Mengoreksi kesalahan nama dan fakta dan keseluruhan hasil transkripsi, termasuk :
- Mengoreksi kesalahan nama, jangan sampai nama yang disebutkan di awal berbeda dengan di akhir.
- Mengoreksi kapitalisasi, spasi yang berlebihan, format teks, dan sebagainya secara keseluruhan.
- Menuliskan waktu saat sumber audio kurang jelas terdengar.
3. Improvisasi penulis. Di tahap terakhir ini penulis dapat berkreasi untuk merangkai kalimat selama tidak mengubah inti pembicaraan yang terdapat dalam file audio. Pada tahap ini transkriptor dapat :
- Memeriksa alur cerita. Transkriptor berkreasi agar hasil transkripsi merupakan alur yang saling berkaitan.
- Membuang pengulangan. Hindari mengulang-ulang kata yang membuat kalimat menjadi kurang tepat.
- Menghilangkan kalimat tak pasti seperti "Saya kira", "Saya rasa", "Mungkin", dsb.
- Mengoreksi kalimat yang terlewat. Transkriptor mendengarkan lebih seksama kalimat yang disampaikan pada waktu-waktu yang suara pada sumber audio kurang jelas.
- Memperbaiki paragraf. Dalam transkrip kita jangan ada paragraf yang terlalu panjang atau terlalu pendek.
- Transkriptor harus membuat inti transkripnya sejelas mungkin dan membuat pembaca betah membacanya.
Transcription is the process of converting speech or audio files into a written or electronic text document. A good transcriptionist should have the ability to multitask, have the ability to research and be speedy and accurate while typing. With practice and dedication, you'll be able to transcribe faster in no time. (wikihow)
i am interested to work here
ReplyDelete