Monday, 6 January 2014
INTASC (Inter-stat New Teacher Assessment and Suppor Consortium) membentuk suatu standar untuk meningkatkan persiapan dan pengembangan professional untuk guru. INTASC mendefinisikan kegiatan mengajar sebagai suatu proses yang dinamis dimana harapan pra-layanan ditransformasikan menjadi praktek yang berarti yang menempatkan pengetahuan, disposisi, dan hasil mejadi saling berkaitan. Menjadi praktisi yang reklektif berarti guru perlu berfikir secara filosofis mengenai budaya pendidikan secara luas dan implikasinya. Filosofi dapat diartikan sebagai cara berfikir secara umum tentang arti kehidupan kita di dunia dan merefleksikan secara mendalam tentang benar dan salah, jahat dan baik, dan cantik dan jelek.
Karena kita belajar dari tahap persiapan hinga menjadi guru di kelas, kita akan sering memikirkan apa yang kita ajarkan, mengapa kita mengajarkan materi itu, dan bagaimana kita mengajar. Kita akan sering bertanya pada diri sendiri apakah cara mengajar kita akan memberikan perubahan pada kehidupan siswa. Cara berfikir seperti itu adalah cara untuk mengembangkan kerangka konseptual yang beralasan, hal ini akan mengantarkan kita pada praktek kelas yang reflektif. Kita bisa membangun filosofi pendidikan kita sendiri mulai dengan cara sederhana. Misalnya dengan membuat daftar perntayaan seperti berikut :
- Apa itu kebenaran, bagaimana kita mengetahui dan mengajarkannya?
- Bagaimana kita mengetahui sesuatu yang baik atau buruk dan benar atau salah, dan bagaimana kita mengajarkan nilai-nilai dan membangkitkan perilaku moral pada murid kita?
- Bagaimana sebuah sekolah dan guru-gurunya bisa memberikan congoh tentang sesuatu yang benar dan bernilai?
- Bagaimana suatu proses pengajaran dan pembelajaran mencerminkan keyakkinan seseorang tentang kebenaran dan nilai?
Pertanyaan-pertanyaan diatas memang tidak mubah untuk dijawab tidak juga dapat dijawab melalui pertanyaan benar-salah atau pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan di atas akan semakin rumit seiring dengan pengalaman mengajar kita, hal ini akan membuat kita mampu membuat filosofi sendiri tentang pendidikan. Seperti halnya seorang murid yang mengumpulkan data untuk merekam perkembangan belajar mereka, guru juga bisa membuat jurnal sendiri yang berisi data harian tentang kelas yang diajarnya. Portofolio dan jurnal tersebut berisi data pribadi tentang pengalaman mengajar kita yang dapat kita renungkan tentang bagai mana perkembangan kita dari pralayanan hingga ke praktek di kelas sebagai pengajar professional. Kita bisa membuat filosofi kita sendiri dengan mulai membuat esai tentang segala hal yang menurut kita benar dan bernilai dan bagimana pengalaman pendidikan kita membentuk keyakinan ini.
Ada beberapa istilah khusus yang digunakan dalam filosofi pendidikan, yaitu; metafisik, epistemologi, aksiologi, dan logika (note3 hal 157).
Metafisik berkaitan dengan alam dan keberadaan. Apa yang nyata dan apa yang tidak nyata? Apakah ada alam spiritual untuk sesuatu yang terpisah dari alam materi? Para idealis misalnya, mereka menganggap sesuatu yang berkaitan dengan nonmateri, abstrak, dan alam spiritual itu memang ada. Sedangkan Realis menganggap hal itu sebagai sesuatu yang keberadaannya tidak ada hubungannya dengan kehidupan manusia. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menunjukkan bagaimana perancang kurikulum, guru, dan pengarang buku menggambarkan “kenyataan” itu pada siswa.
Epistemologi, adalah segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan mengetahui, memengaruhi metode mengajar dan belajar. Hal ini mengangkat pertanyaan seperti “Apakah yang menjadi landasan pengetahuan kita tentang dunia dan pemahaman kita tentang kebenaran? Apakah pengetahuan kita berasal dari wahyu Tuhan, dari gagasan terpendam yang ada dalam pikiran kita, dari bukti-bukti empiris, atau dari sesuatu yang lain? Guru yang meyakini bahwa dunia ini ada sebagai struktur yang terjadi secara berurutan akan membuat susunan pelajaran yang dapat membuat siswanya memiliki keyakinan yang sama atau menggunakan aspek-aspek pelajaran yang dapat menyampaikan apa yang diyakini oleh guru kepada muridnya.
Aksiologi, sesuatu yang menggambarkan nilai-nilai – tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan – dibagi menjadi etika dan estetika. Etika adalah hal-hal tentang nilai moral dan standar perilaku. Sedangkan estetika adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan dan seni.
Berkaitan dengan pemikiran yang benar dan valid, logika akan membuat rumus yang kita gunakan untuk membentuk proposisi dan argument kita. Logika deduktif adalah logika yang berawal dari pendapat yang umum ke hal-hal yang lebih khusus. Sebaliknya, logika induktif berawal dari pernyataan yang khusus dan meluas menjadi pernyataan yang lebih umum.
Dengan istilah-istilah di atas, kita dapat mempelajari berbagai filosofi dan teori yang berbeda. Setelah membahas konsep kunci satu per satu, kita akan mengerti bagaimana hal itu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar yang berkaitan dengan proses mengajar dari guru.
5
Jurnalnya Andre: Standar pendidikan INTASC
INTASC (Inter-stat New Teacher Assessment and Suppor Consortium) membentuk suatu standar untuk meningkatkan persiapan dan pengembangan pro...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment