Sunday 14 December 2014

Sebuah momen di Curug Tilu

Curug Tilu. Curug ini berada di wilayah Parongpong.
Hari Rabu, tanggal segitu saya ke sana sama temen-temen kelas yang ngontrak matkul Outdoor Education. Itu adalah pertama kalinya saya ke sana. Pas nyampe sana senengnya bukan main. Tanpa menunggu lebih lama, saya simpan tas saya di gubuk yang ada di sana lalu saya lepas sepatu dan nyelup ke kolamnya. Setelah nyelup sebentar, saya duduk di batu yang ada di pinggir kolam, sementara temen saya ngerekam kegiatan pake kameranya. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatian saya ketika saya sedang duduk. Di samping gubuk, ada sebuah kelapa ijo yang udah dibuka, di atasnya menancap tiga buah hio yang sudah dibakar dan dua batang rokok yang sudah dibakar juga.

Ah... Tempat bagus gini malah dipake buat melihara setan. Gitu yang ada di pikiran saya. Atau jangan-jangan orang sini masih nganut kepercayaan dinamisme.

Lha kenapa? Tempat itu, masih ijo, masih seger, itu kan alam ciptaan Allah. Kalo memang di situ ada setannya, kenapa malah dikasih yang gituan? Dikasih makan dan minum ala mereka? Saya aja di kosan ada kucing, sering saya kasih makan itu kucing jadi betah di kosan saya. Samalah setan juga, kalo sering dikasih makan dan minum jadi betahlah...

Kalo memang muslim, seharusnya nggak perlulah ngasih yang gituan. Muslim itu harus yakin bahwa Allah ta'ala maha kuasa. Kalo di sebuah tempat ada setan yang suka mengganggu ya usir aja. Di kehidupan sehari-hari juga ada orang yang hidup nyaman sama buaya, ular, dsb. Tapi kalo ada buaya, ular, dsb yang masuk rumah terus ngeganggu ya akhirnya diusir juga. Kalo jin atau setan di curug tilu itu suka ganggu, usir! Itu kalo bisa. Maksudnya kalo kita tahu cara ngusirnya. Kalo nggak tahu, minimal kita minta perlindungan kepada Allah saja. Dengan membaca ta'awudz. Alam ini milik Allah ta'ala, Allah juga yang menciptakan jin dan setan. Jadi, kalo pengen aman dari jin dan setan, minta perlindungannya ke Allah.

Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al An’aam 79:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”
(dakwahsyariah)

Well. Terlepas dari masalah itu, momen di Curug Tilu sangat menyenangkan karena bisa merasakan udara segar dan air yang sejuk.
*Foto dan videonya nyusul aja ya.
5 Jurnalnya Andre: December 2014 Curug Tilu. Curug ini berada di wilayah Parongpong. Hari Rabu, tanggal segitu saya ke sana sama temen-temen kelas yang ngontrak matkul Outd...

Friday 5 December 2014

Kembali ke Alam

Perkembangan suatu zaman tidak pernah lepas dari proses pembangunan, baik pembangungan dalam bentuk fisik berupa gedung-gedung maupun tatanan kehidupan berupa ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Namun, perkembangan teknologi yang telah berjalan sejak dulu hingga sekarang membuat sebagian besar orang merusak alam dan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk kembali ke sunnatullah atau lebih dikenal dengan istilah alam (nature). Selain itu, anak-anak kita juga perlu dilatih dan dididik agar mereka siap untuk menghadapi situasi terburuk di masa yang akan datang. Dalam surat Al Baqarah ayat 155 Allah swt berfirman yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa setiap manusia pasti akan diuji dengan rasa takut. Ketakutan yang dialami bisa berupa ketakutan terhadap gelap, air, ketinggian, situasi alam yang memburuk, atau rasa takut yang saat ini banyak di alami oleh sebagian besar masyarakat.

Anak-anak pada masa kini khususnya yang hidup di perkotaan terbiasa melihat gedung-gedung bertingkat dan komplek perumahan atau pemukiman yang padat. Mereka jarang sekali berinteraksi langsung dengan alam yang telah Allah ciptakan untuk dinikmati oleh manusia. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tidak ada yang sia-sia. Penting bagi setiap orang tua untuk menjaga anaknya dari segala bahaya yang mungkin terjadi. Khususnya pada saat ini, dari berbagai penelitian banyak diketahui bahwa anak-anak yang memiliki kondisi yang lemah. Keadaan lemah yang dimaksud antara lain obesitas. Pada tahun 2007 prevalensi obesitas pada anak usia 5 - 15 tahun masih sekitar 8,8% (Ratu, 2011). Namun, pada tahun 2013 terdata sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi obesitas dengan persentase anak-anak usia 5 – 12 tahun sebesar 18,8% (Tempo.co, 2014).

Salah satu faktor yang menjadikan lemahnya kondisi anak-anak adalah kurangnya outdoor activity (aktifitas luar ruangan), sebaliknya mereka lebih banyak melakukan indoor activity (aktifitas di dalam ruangan). Yang dimaksud indoor activity adalah aktivitas pasif yang membuat anak lebih banyak diam seperti menonton televisi dan bermain game. Sedangkan, tayangan-tayangan di televisi maupun game yang dimainkan oleh anak-anak saat ini banyak yang mengandung muatan negatif dan merusak (destruktif) berupa pembunuhan, perusakan, kata-kata kasar, dan perilaku seksual. Namun, karena sebagian besar orang tua membiarkan anak-anak berada di lingkungan seperti itu, akhirnya anak-anak menganggap bahwa segala bentuk kejahatan yang merusak tersebut adalah perbuatan yang normal. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan generasi selanjutnya setelah mereka akan semakin rusak, mereka juga tidak akan mampu menjaga perdamaian di dunia ini dan akhirnya hanya akan meninggalkan dunia yang tidak layak untuk ditinggali. Allah swt berfirman dalam surat Ar Rum ayat 41"telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Dari ayat tersebut jelas bahwa segala bentuk kerusakan di bumi tidak semata-mata hanya fenomena alam tanpa sebab, melainkan atas perbuatan manusia. Misalnya banjir akibat saluran air tersumbat oleh sampah atau longsor akibat penggundulan hutan.

Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan pendidikan yang tepat agar seorang anak memiliki sifat membangun (konstruktif) bukan merusak (destruktif). Seorang anak juga harus diberikan pemahaman agar mereka mampu menjaga alam ini untuk generasi setelah mereka nanti. Hal itu dapat terwujud jika dalam diri anak terdapat kecintaan dan kesadaran untuk memelihara alam. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan luar ruangan (outdoor education) untuk anak-anak.

Outdoor education adalah pendidikan yang diberikan di ruang terbuka dengan materi tentang alam terbuka, dan untuk alam terbuka (Ford, 1986). Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa outdoor education dapat dilakukan di alam seperti pegunungan, pantai, hutan, sungai, atau laut. Dengan keterlibatan anak dalam kegiatan di alam bebas outdoor education mampu menumbuhkan rasa ingin menjaga agar alam ini selalu berada dalam kondisi yang layak untuk ditinggali.

*Latar belakang tesis >__<  XD
5 Jurnalnya Andre: December 2014 Perkembangan suatu zaman tidak pernah lepas dari proses pembangunan, baik pembangungan dalam bentuk fisik berupa gedung-gedung maupun tatana...
< >