Wednesday 29 January 2014

Transcribe alias membuat transkrip

Tulisan ini adalah sambungan dari Dictation alias dikte. Seperti telah dibahas di artikel sebelumnya, dikte adalah proses penyampaian sesuatu dengan ucapan yang lantang atau jelas. Dalam artikel ini kita akan membahas tentang transcribe, yaitu penulisan dari kalimat atau kata yang terdengar. Hasil transcribe disebut transcript atau transkrip. Agar lebih mudah dipahami dalam artikel ini transcribe saya tulis sebagai transkripsi.
Pict : www.prolg.org
Transcribe, tran·scribe artinya adalah put (thoughts, speech, or data) into written or printed form. Saya kesulitan untuk menemukan kata yang pas dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata ini, karena itulah saya mengistilahkannya sebagai transkripsi atau proses membuat transkrip. Sedangkan transkripsi sendiri menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online adalah suatu pengalihan tuturan (berwujud bunyi) menjadi suatu tulisan.

Aktivitas transkripsi ini paling umum dilakukan oleh kalangan wartawan, khususnya wartawan media cetak. Berbeda dengan wartawan media elektronik yang cukup dengan merekam pembicaraan dari narasumber kemudian menyiarkannya, wartawan media cetak harus menuliskan pembicaraan yang direkamnya. Sedangkan bagi saya pribadi membuat sebuah transkrip adalah suatu kebutuhan dan tantangan. Saya banyak menghabiskan waktu di depan komputer, untuk memenuhi kebutuhan spiritual saya biasa mendengarkan atau menonton ceramah-ceramah berupa video atau mp3. Namun seringkali aktivitas itu terganggu oleh hal lain yang menyebabkan materi yang disampaikan kurang dipahami, oleh karena itu saya mencoba untuk menuliskannya.

Proses membuat tulisan dari suatu file MP3 atau video tidaklah mudah. Seringkali hasil tulisan terkesan rancu dan kurang menarik. Namun bukan berarti tidak bisa. Seorang peneliti dari Monash, Australia, Jullian P. Millie pernah melakukan transkripsi dari kaset ceramah K.H. A.F Ghazali. Dalam bukunya Sermons of A.F. Ghazali (Ceramah-ceramah A.F. Ghazali) dia menyajikan ceramah sang da'i dalam bentuk tulisan dalam dua bahasa. Namun berdasarkan penilaian orang yang pernah membacanya, tulisan ini tidak kehilangan 'rasa' ceramah tersebut, sangat sesuai dengan ceramah aslinya dalam bentuk audio. Karyanya akan mendokumentasikan dan menyelamatkan khazanah kebudayaan masyarakat Sunda dari senjakala kepunahan. Dengan menuliskan tradisi lisan tersebut, maka ceramah sebagai satu khazanah budaya diawetkan dan dilestarikan dalam bentuk tulisan, verba volant, scripta manent. (Dede Syarif)

Selain bermanfaat untuk membudayakan kebiasaan membaca, transkripsi juga berguna untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang banyak dari seseorang yang kurang pandai menyampaikan pesan melalui tulisan. Andrias Harefa dalam bukunya "Kiat Menulis di Media" menyebutkan bahwa K.H Zainuddin M. Z (Alm) pernah membuat tulisan di media namun pesannya kurang jelas dan tidak semenarik pesan yang disampaikan melalui ceramah lisan. Oleh karena itu melalui keahlian seorang transkriptor, pesan dapat disampaikan melalui tulisan tanpa kehilangan esensinya.

Untuk menjadi seorang transkriptor yang baik diperlukan latihan yang berulang-ulang dan terus-menerus. Tidak ada keahlian yang dicapai dalam waktu instan, segalanya membutuhkan proses. Selain itu ilmu mengenai transkripsi juga perlu dimiliki agar seorang transkriptor dapat mengubah pesan lisan menjadi tulisan dengan baik dan akurat. Yang pertama dilakukan saat membuat transkrip adalah menyimak dan menuliskannya hingga selesai. Selanjutnya transkrip yang sudah jadi perlu disunting untuk memastikan keakuratan hasil transkripsi. Dalam proses editing ada tiga tahap penting yang harus dilakukan. Seorang ahli wawancara berkebangsaan Columbia, Clarence Mershon menngatakan bahwa tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Membaca ulang hasil transkripsi sambil mendengarkan sumber pembicaraan. Dalam tahap ini kita perlu :
  • Mencari kesalahan dalam transkrip kita (konten pembicaraan) dan mengoreksinya.
  • Mencari kesalahan tanda baca dan mengoreksinya. 
  • Memeriksa ejaan.

2. Mengoreksi kesalahan nama dan fakta dan keseluruhan hasil transkripsi, termasuk :
  • Mengoreksi kesalahan nama, jangan sampai nama yang disebutkan di awal berbeda dengan di akhir.
  • Mengoreksi kapitalisasi, spasi yang berlebihan, format teks, dan sebagainya secara keseluruhan.
  • Menuliskan waktu saat sumber audio kurang jelas terdengar.

3. Improvisasi penulis. Di tahap terakhir ini penulis dapat berkreasi untuk merangkai kalimat selama tidak mengubah inti pembicaraan yang terdapat dalam file audio. Pada tahap ini transkriptor dapat :
  • Memeriksa alur cerita. Transkriptor berkreasi agar hasil transkripsi merupakan alur yang saling berkaitan.
  • Membuang pengulangan. Hindari mengulang-ulang kata yang membuat kalimat menjadi kurang tepat.
  • Menghilangkan kalimat tak pasti seperti  "Saya kira", "Saya rasa", "Mungkin", dsb.
  • Mengoreksi kalimat yang terlewat. Transkriptor mendengarkan lebih seksama kalimat yang disampaikan pada waktu-waktu yang suara pada sumber audio kurang jelas.
  • Memperbaiki paragraf. Dalam transkrip kita jangan ada paragraf yang terlalu panjang atau terlalu pendek.
  • Transkriptor harus membuat inti transkripnya sejelas mungkin dan membuat pembaca betah membacanya.
Demikian sedikit pembahasan mengenai transcribe alias transkripsi alias membuat transkrip. Pembahasan di atas adalah proses transkripsi secara umum, di lain kesempatan akan saya bahas tips transkripsi khusus untuk wawancara (di blog Andre Tauladan). In syaa Allah. Jika anda memiliki tips lain silakan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih.
Transcription is the process of converting speech or audio files into a written or electronic text document. A good transcriptionist should have the ability to multitask, have the ability to research and be speedy and accurate while typing. With practice and dedication, you'll be able to transcribe faster in no time. (wikihow)
5 Jurnalnya Andre: January 2014 Tulisan ini adalah sambungan dari Dictation alias dikte . Seperti telah dibahas di artikel sebelumnya, dikte adalah proses penyampaian sesu...

Monday 6 January 2014

Standar pendidikan INTASC

Standard INTASC

INTASC (Inter-stat New Teacher Assessment and Suppor Consortium) membentuk suatu standar untuk meningkatkan persiapan dan pengembangan professional untuk guru. INTASC mendefinisikan kegiatan mengajar sebagai suatu proses yang dinamis dimana harapan pra-layanan ditransformasikan menjadi praktek yang berarti yang menempatkan pengetahuan, disposisi, dan hasil mejadi saling berkaitan. Menjadi praktisi yang reklektif berarti guru perlu berfikir secara filosofis mengenai budaya pendidikan secara luas dan implikasinya. Filosofi dapat diartikan sebagai cara berfikir secara umum tentang arti kehidupan kita di dunia dan merefleksikan secara mendalam tentang benar dan salah, jahat dan baik, dan cantik dan jelek.
Karena kita belajar dari tahap persiapan hinga menjadi guru di kelas, kita akan sering memikirkan apa yang kita ajarkan, mengapa kita mengajarkan materi itu, dan bagaimana kita mengajar. Kita akan sering bertanya pada diri sendiri apakah cara mengajar kita akan memberikan perubahan pada kehidupan siswa. Cara berfikir seperti itu adalah cara untuk mengembangkan kerangka konseptual yang beralasan, hal ini akan mengantarkan kita pada praktek kelas yang reflektif. Kita bisa membangun filosofi pendidikan kita sendiri mulai dengan cara sederhana. Misalnya dengan membuat daftar perntayaan seperti berikut :
- Apa itu kebenaran, bagaimana kita mengetahui dan mengajarkannya?
- Bagaimana kita mengetahui sesuatu yang baik atau buruk dan benar atau salah, dan bagaimana kita mengajarkan nilai-nilai dan membangkitkan perilaku moral pada murid kita?
- Bagaimana sebuah sekolah dan guru-gurunya bisa memberikan congoh tentang sesuatu yang benar dan bernilai?
- Bagaimana suatu proses pengajaran dan pembelajaran mencerminkan keyakkinan seseorang tentang kebenaran dan nilai?
Pertanyaan-pertanyaan diatas memang tidak mubah untuk dijawab tidak juga dapat dijawab melalui pertanyaan benar-salah atau pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan di atas akan semakin rumit seiring dengan pengalaman mengajar kita, hal ini akan membuat kita mampu membuat filosofi sendiri tentang pendidikan. Seperti halnya seorang murid yang mengumpulkan data untuk merekam perkembangan belajar mereka, guru juga bisa membuat jurnal sendiri yang berisi data harian tentang kelas yang diajarnya. Portofolio dan jurnal tersebut berisi data pribadi tentang pengalaman mengajar kita yang dapat kita renungkan tentang bagai mana perkembangan kita dari pralayanan hingga ke praktek di kelas sebagai pengajar professional. Kita bisa membuat filosofi kita sendiri dengan mulai membuat esai tentang segala hal yang menurut kita benar dan bernilai dan bagimana pengalaman pendidikan kita membentuk keyakinan ini.
Ada beberapa istilah khusus yang digunakan dalam filosofi pendidikan, yaitu; metafisik, epistemologi, aksiologi, dan logika (note3 hal 157).
Metafisik berkaitan dengan alam dan keberadaan. Apa yang nyata dan apa yang tidak nyata? Apakah ada alam spiritual untuk sesuatu yang terpisah dari alam materi? Para idealis misalnya, mereka menganggap sesuatu yang berkaitan dengan nonmateri, abstrak, dan alam spiritual itu memang ada. Sedangkan Realis menganggap hal itu sebagai sesuatu yang keberadaannya tidak ada hubungannya dengan kehidupan manusia. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menunjukkan bagaimana perancang kurikulum, guru, dan pengarang buku menggambarkan “kenyataan” itu pada siswa.
Epistemologi, adalah segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan mengetahui, memengaruhi metode mengajar dan belajar. Hal ini mengangkat pertanyaan seperti “Apakah yang menjadi landasan pengetahuan kita tentang dunia dan pemahaman kita tentang kebenaran? Apakah pengetahuan kita berasal dari wahyu Tuhan, dari gagasan terpendam yang ada dalam pikiran kita, dari bukti-bukti empiris, atau dari sesuatu yang lain? Guru yang meyakini bahwa dunia ini ada sebagai struktur yang terjadi secara berurutan akan membuat susunan pelajaran yang dapat membuat siswanya memiliki keyakinan yang sama atau menggunakan aspek-aspek pelajaran yang dapat menyampaikan apa yang diyakini oleh guru kepada muridnya.
Aksiologi, sesuatu yang menggambarkan nilai-nilai – tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan – dibagi menjadi etika dan estetika. Etika adalah hal-hal tentang nilai moral dan standar perilaku. Sedangkan estetika adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan dan seni.
Berkaitan dengan pemikiran yang benar dan valid, logika akan membuat rumus yang kita gunakan untuk membentuk proposisi dan argument kita. Logika deduktif adalah logika yang berawal dari pendapat yang umum ke hal-hal yang lebih khusus. Sebaliknya, logika induktif berawal dari pernyataan yang khusus dan meluas menjadi pernyataan yang lebih umum.
Dengan istilah-istilah di atas, kita dapat mempelajari berbagai filosofi dan teori yang berbeda. Setelah membahas konsep kunci satu per satu, kita akan mengerti bagaimana hal itu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar yang berkaitan dengan proses mengajar dari guru.
5 Jurnalnya Andre: January 2014 INTASC (Inter-stat New Teacher Assessment and Suppor Consortium) membentuk suatu standar untuk meningkatkan persiapan dan pengembangan pro...

Satu Tugas Beres, Yang Lain Menunggu


Alhamdulillah.
Di malam selarut ini selesai juga salah satu tugas yang harus saya kerjakan sebagai sayarat UAS. Ngerjainnya hampir dua minggu, wkwk. Hm... tugas merangkum. Seolah pekerjaan mudah, tetapi kalo merangkum dari teks bahasa Inggris itu adalah sesuatu yang memiliki tingkat gereget yang lebih tinggi. Tapi ndak ada yang ndak mungkin. Atas izin Allah saya bisa mengerjakannya walau belum tuntas. Selesai sih iya, tapi tuntas mah nggak.

Yah, tugas ini memang belum tuntas. Dosen mata kuliah ini tidak akan memberikan ujian berupa tes untuk UAS. Beliau memberi kami tugas untuk merangkum buku yang bisa menjadi referensi kami untuk membahas materi yang berkaitan dengan mata kuliah tersebut. Buku yang dijadikan sumber tugas ini berbahasa Inggris dan terdiri dari banyak bab. Yah, dari jumlah yang banyak itu dibagi agar seluruh siswa mendapat bagian untuk menerjemahkannya (merangkumnya). Kelas dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok membahas bab yang ada dibuku itu sebanyak jumlah anggota kelompoknya. Nah, saya sih sudah selesai tapi teman-teman lain di kelompok saya? Entahlah. Karena itu makanya tugas ini sudah selesai tapi belum tuntas. Tugas ini tuntas jika sudah tersusun dalam suatu makalah yang isinya merupakan gabungan dari rangkuman kami yang nantinya akan digabungkan juga dengan kelompok lain.

Yah, walaupun belum tuntas yang penting sudah selesai jadi ada waktu untuk mengerjakan tugas lainnya. Proposal nungguin euy! Heuheu... babay bro...
5 Jurnalnya Andre: January 2014 Alhamdulillah. Di malam selarut ini selesai juga salah satu tugas yang harus saya kerjakan sebagai sayarat UAS. Ngerjainnya hampir dua m...

Sunday 5 January 2014

Until I See You - Poem on The Prophet Muhammad by Ammar - 3D Kinetic Typ...

Nice poem. How a muslim love the Prophet shalallahu wa 'alaihi wa sallam.
5 Jurnalnya Andre: January 2014 Nice poem. How a muslim love the Prophet shalallahu wa 'alaihi wa sallam.

Saturday 4 January 2014

Semua hanya titipan Part 1

Yah, semuanya hanya titipan. Saya lagi belajar nerima itu.
Saya lagi belajar untuk tidak merasa memiliki sesuatu. Memang dari dulu juga saya sering seperti ini. Nggak pernah terlalu sedih kalo kehilangan sesuatu. Beberapa kali saya kehilangan handphone dan saya selalu bersikap dingin seolah nggak pernah punya handphone itu. Pernah sekali, handphone yang banyak pesan pentingnya hilang dan itu membuat saya merasa nyesek sekali bahkan setelah saya punya handphone pengganti. Nggak cuma handphone, masalah uang pun saya selalu santai saat kehilangan. Untungnya selama ini jumlah uang yang hilang itu tidak pernah terlalu besar nilainya.

Kali ini, saya nyoba lagi. Beberapa hari yang lalu ada teman saya yang menjual handphonenya karena dia sedang membutuhkan uang. Dengan niat membantu saya beli saja handphone itu daripada dia harus menjual ke counter di BEC dengan harga yang jauh lebih murah dari harga normal. Yah, untuk ukuran handphone baru dia menjualnya dengan harga yang cukup murah. Dari awal saya nggak pernah ingin memiliki handphone itu karena belum merasa butuh, toh saya sudah punya gadget lain yang ber-os-kan android. Di malam yang sama dengan hari pembelian itu saya pasang iklan di kaskus dan tokobagus. Saya jual HP itu dengan harga normal sesuai harga pasar. Sebelum handphone itu laku saya pakai dulu beberapa hari. Di hari pertama saya menggunakan handphone itu saya masih merasa itu bukan milik saya. Tetapi di hari kedua mulai ada rasa memiliki terhadap handphone tersebut. Saya gunakan setiap saat dan saya kustomisasi sedemikian rupa hingga sesuai dengan selera saya.

Tiga hari handphone itu bersama saya, mulai timbul rasa ragu untuk menjualnya dan ada keinginan untuk membatalkan iklan yang telah saya pasang. Hari ini, ibu menelpon dan mengaku sedang membutuhkan uang. Cadangan uang saya di ATM hampir sedikit. Walaupun begitu saya tidak merasa keberatan jika harus memberikannya untuk ibu. Tetapi, ibu juga bercerita tentang teman baiknya yang juga sedang membutuhkan uang. Emh, uang saya sudah cukup banyak yang ada di orang lain. Yah, karena perasaan tidak memiliki jugalah saya dengan gampang meminjamkan uang ke teman saya. Tapi sekarang baru kerasa saat saya sendiri ingin menolong orang lain yang juga sedang membutuhkan pertolongan saya tidak bisa menolongnya. Di tengah perasaan galau itu saya berharap semoga handphone yang saya 'miliki' ini cepat terjual. Walaupun sebenarnya berat sekali untuk 'kehilangan' barang yang pada awalnya tidak ingin saya 'miliki'.

Malam ini, walau sudah lewat dari pukul 21.00 atas izin Allah, seseorang mengirimi saya sms. Dia berminat untuk membeli HP yang ada di saya. Dia menawar dengan harga dibawah harga yang saya tawarkan. Awalnya berat. Tetapi, kembali ke prinsip awal bahwa saya tidak benar-benar membutuhkan barang ini. Selagi 'kecintaan' saya terhadap benda ini semakin besar, sebelum saya merasa sangat memiliki lebih baik saya lepas saja. Alhamdulillah, HP sudah terjual dengan sedikit keuntungan tapi setidaknya uang saya sudah kembali. Yah, HP itu hanya singgah di tempat saya untuk beberapa hari. Uang ini juga, mungkin bisa membantu teman baik ibu karena pada hakikatnya uang ini bukan milik saya. Mungkin saja Allah ingin menolong orang itu lewat saya. Saya takut saya akan menjadi boros dengan banyaknya uang yang ada di saya. Uang yang semestinya bisa membantu orang lain malah terbuang percuma oleh saya. In syaa Allah, kebutuhan saya sehari-hari akan dicukupi oleh Allah.

Babay OPPO'ku'. :)  Part 2 disini... 

5 Jurnalnya Andre: January 2014 Yah, semuanya hanya titipan . Saya lagi belajar nerima itu. Saya lagi belajar untuk tidak merasa memiliki sesuatu. Memang dari dulu juga sa...
< >