Tuesday 26 November 2013

Jenis dan Desain Penelitian

JENIS PENELITIAN

Ada banyak jenis masalah dalam pendidikan jasmani dan olahraga , dan setiap jenis masalah memerlukan cara pemecahan yang mungkin saja berbeda. Dari perspektif tujuan, penelitian dapat dikategorikan sebagai penelitian dasar (pure research), yang berorientasi pada penjelasan suatu fenomena, kaidah, model, atau postulat yang mendukung pengembangan teori, atau sebagai penelitian terapan (applied research) yang berorientasi pada kepentingan praktik dilapangan, seperti ,kebijakan dan pengembangan produk. Dari perspektif metodologis, penelitian dapat dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu : kuantitaif, kualitatitif , dan kombinasi antara kuantitaif dan kualitatif
Berikut akan diuraikan jenis-jenis penelitian yang lazim digunakan dalam konteks Pendidikan Jasmani dan olahraga.

1. Penelitian eksperimen

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara variabel. Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang dikenakan kepada subjek atau objek penelitian.
Dalam penelitian eksperimen, seorang peneliti sejauh mungkin harus dapat memastikan bahwa variasi atau perubahan yang terjadi pada variabel terikat benar-benar disebabkan adanya manipulasi pada variabel bebas. Hal inilah yang kemudian disebut validitas internal. Dalam kaitan ini, mekanisme kontrol menjadi sesuatu yang sangat penting.

Untuk mendapatkan validitas internal memang tidak mudah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

  1.  Kesamaan perlakuan (equalization of treatment). Artinya, subjek dalam satu kelompok harus mendapat perlakuan sama dan sejauh mungkin dihindari subjek melakukan sesuatu yang mengganggu kesamaan perlakuan.
  2.  Peniruan perlakuan (imitation of treatment). Perlu dihindari kelompok kontrol meniru apa yang dilakukan oleh kelompok eksperimen.
  3.  Adanya peristiwa tertentu (history). Eksperimen biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu , dan terkadang cukup panjang.
  4.  Kematangan (maturation). Seorang peneliti harus bisa memastikan bahwa andai terjadi perubahan pada variabel terikat, buka semata karena faktor kematangan, melainkan karena perlakuan yang diberikan.
  5.  Pretest (pretesting). Ketika seorang peneliti memilih desain yang didalamnya harus melakukan pretest-postest, maka peneliti tentu akan melakukan pretest.
  6.  Pengaruh instrument ( instrumentation). Instrument merupakan faktor penting dalam pengumpulan data. Karena itu, instrument perlu dikalibrasi guna memperoleh akurasi dan presisi yang optimal.
  7.  Pemilihan subjek yang bias (selection bias). Hal ini terjadi ketika randomisasi tidak bisa dilakukan sehingga kesetaraan antar kelompok tidak terwujud.
  8.  Keluar dari perlakuan (mortality). Ada kemungkinan karena bentuk perlakuan yang memberatkan atau bahkan membosankan, subjek akan memutuskan keluar dari kegiatan penelitian.
  9.  Pelemahan semangat (demoralization). Pembedaan yang menonjol, misalnya antara kelompok eksperimen dan kontrol, akan berkaitan dengan harga diri individu.
  10.  Imbangan persaingan (compensatory rivalry). Kondisi ini berkebalikan dengan demoralization.


2. Penelitian Deskriptif

Adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan fenomena, kondisi atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis.
Secara umum, langakah-langkah penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:

  1. Menentukan masalah
  2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
  3. Memilih atau menyusun instrumen pengumpul data
  4. Menentukan sampel
  5. Mengumpulkan data
  6. Menganalisis data
  7. Menyusun laporan penelitian
3. Penelitian Survei

Adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Ada empat ciri utama penelitian survei, yakni:
  1. Menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama
  2. Subjek penelitian dalam jumlah besar
  3. Tidak memberikan perlakuan
  4. Menggunakan logika deduktif sebagai kerangka berpikir
Pada dasarnya ada kemiripan antara penelitian deskriptif dengan penelitian survei, bedanya, dalam penelitian survei peneliti dimungkinkan untuk melakukan pengujian hipotesis. Artinya tidak sekedar menggambarkan fenomena tertentu sebagaimana pada penelitian deskriptif. Secara umum, langkah-langkah penelitian survei adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan
  2. Menentukan sampel atau responden
  3. Menyusun kuesioner sebagai alat pengumpul data
  4. Uji coba kuesioner untuk memastikan validitas dan reabilitasnya
  5. Memberikan kuesioner kepada responden
  6. Menganalisis data hasil survei
  7. Melaporkan hasil
4. penelitian korelasional

Adalah suatu penelitian yang menghubungkan satu atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut. Penelitian korelasional mendasarkan diri pada logika deduktif, yaitu dimulai dengan menggunakan sebuah teori sebagai dasar dan diakhiri dengan analisi data hasil. Teknik pengumpulan datanya bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan tes.
Secara umum, langkah-langkah dalam penelitian korelasional adalah sebagai berikut:
  1. Menetukan masalah
  2. Menentukan sampel
  3. Menyusun atau memilih instrumen pengumpul data
  4. Mengumpulkan data
  5. Analisis dan interpretasi data
  6. Menyusun laporan

5. Penelitian Perbandingan (comparative research)
Adalah suatu penelitian yang membandingkan satu kelompok sampel dengan kelompok sampel lainnya berdasarkan variabel atau ukuran-ukuran tertentu.

6. Penelitian Evaluatif
Adalah suatu penelitian yang menggunakan prosedur evaluasi untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Prosedur evaluasi memiliki dua kegiatan yang pokok, yakni pengukuran dan membandingkan hasil pengukuran dengan standar tertentu. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan apakah suatu program layak atau tidak, relevan atau tidak, efektif atau tidak. Secara umum, langkah-langkah dalam penelitian evaluasi dapat dipaparka sebagai berikut:
  1. Penegasan mengapa penelitian evaluasi dilakukan
  2. Memilih model evaluasi yang sesuai
  3. Mengidentifikasi pihak-pihak terkait dengan penelitian
  4. Penentuan aspek yang akan dievaluasi
  5. Menyusun instrumen evaluasi
  6. Pengumpulan dan analisi data
  7.  Pelaporan hasil evaluasi
  8. Penelitian Pengembangan
Adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Istilah produk bisa berarti perangkat keras (hardware) seperti alat pelontar bola, modul, instrumen, alat bantu pembelajaran atau perangkat lunak (software) seperti model pembelajaran interaktif, model bimbingan dan sebagainya.

8. Penelitian Kualitatif
Adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara mendalam dengan peneliti sebagai instrumen utama. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ada dua yang pokok, yaitu pengamatan dan wawancara. Pengamatan adalah memperhatikan objek secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Sementara itu, wawancara adalah percakapan atau tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dipilih apabila peneliti ingin memperoleh informasi kepada individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Wawancara terdiri dari wawancara bebas, wawancara dengan pedoman umum, dan wawancara dengan pedoman terstandar.

Untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian kualitatif, biasanya seorang penelitian kualitatif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Triangulasi (triangulation) adalah mencari keabsahan data dengan melakukan pemeriksaan silang, baik melalui metode atau sumber data lain
  2. Diskusi dengan teman sejawat (perdebreafing)
  3. Memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement).
  4. Pengecekan anggota (member check)
9. Penelitian Kaji Tindak (action research)
Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering disebut penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Ciri utama PTK adalah memperbaiki praktek PBM dari dalam secara berkelanjutan.

Masalah penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di dalam kelas, guru tidak akan lepas dari permasalahan yang timbuk dalam proses pembelajaran. Masalah yang muncul bisa sederhana, tapi juga bisa kompleksyang merupakan masalah yang dihadapi para siswa, ataupun yang secara umum dialami oleh para guru. Terkait dengan hal itu, langkah awal yang harus dilalui oleh peneliti dalam PTK ialah melakukan identifikasi dan membuat formulasi masalah yang memungkinkan diteliti melalui penelitian tindakan. Kedudukan perumusan formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya.

Rencana Tindakan
Berdasarkan yang telah dipilih, disusun rencana berupa skenario tindakan atau aksi untuk melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan kearah yang lebih baik dari praktek pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal atau memuaskan.

Pelaksanaan Tindakan
Setelah rencana tindakan dirumuskan, peneliti melaksanakan rencana tindakan tersebut kedalam situasi yang riil. Artinya, terdapat interaksi komunikasi antar guru-siswa dan antar siswa dalam suasana pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan bagian pokok dalam PTK.

Observasi
Observasi dilakukan segera setelah kegiatan dimulai (on going process). Tujuan observasi adalah untuk mengikuti proses perubahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dimana tindakan yang dirancang dilaksanakan, serta perubahan atau hasil dampak dari adanya tindakan yang dilakukan guru.

Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dilakukan analisis data yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan evaluasi apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Hasil observasi dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dipergunakan secara prosedur, proses serta hasil tindakan. Setelah itu, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui apakah yang terjadi sesuai dengan rancangan skenario, apakah tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan prosedur, apakah proses seperti yang dibayangkan dalam skenario, dan apakah hasilnya sudah memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Jika ternyata belum memuaskan dikarenakan suatu hal, maka perlu ada perancangan ulang yang diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu disusun kembali skenario baru.

Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah rancangan bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Rancanga n tersebut digunakan untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Dalam sebuah desain penelitian biasanya dijelaskan bagaimana data atau informasi dikumpulkan, mekanisme kontrol dilakukan, dan upaya peningkatan validitas penelitian.

Desain Eksperimen
Dalam desain eksperimen ada empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Penempatan subjek secara acak
  2. Adanya perlakuan
  3. Adanya mekanisme kontrol
  4. Adanya ukuran keberhasilan
Ada tidaknya keempat prinsip tersebut akan sangat menentukan kualitas eksperimen yang dilakukan. Dengan dasar tersebut, desain eksperimen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni praeksperimen, eksperimen murni dan eksperimen semu.

Desain Praeksperimen (preexperimental design)
Desain yang masuk kategori ini dianggap lemah atau weak design karena sedikit atau bahkan ketiadaan kontrol yang dilakukan. Ketika kontrol tidak dapat dilakukan, maka ancaman terhadap validitas internal dan validitas eksternal tampak nyata, yang kemudian berujung pada kredibiltas penelitian. Karena itu, meski desain ini ada, disarankan untuk tidak digunakan.
  1. The One Shot Case Study
  2. One Group Pretest-Posttest Design
  3. Static Group Comparison Design
Desain Eksperimen Murni (true experimental design)
Desain ini disebut eksperimen murni karena mekanisme kontrol dilakukan relatif memadai, terutama penempatan subjek secara random. Dengan penempatan subjek secara random maka, diasumsikan ada kesetaraan awal setiap kelompok.

4. Randomized Control Group Posttest Only Design
5. Randomized Control Group Pretest-Posttest Design
6. Randomized Solomon Four Group Design
7. Factorial Design
Desain Eksperimen Semu (quasi experimental design)
8. Matching-Only Design
9. Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design
10. Times Series Design
11. Repeted-Treatment Design
12. Single Subject Design

Desain Non-Eksperimen
Prinsip dasar penelitian non eksperimen pada dasarnya berbeda dengan penelitian eksperimen. Ini terjadi karena pada penelitian non eksperimen lebih menekankan pada validitas eksternal. Sementara pada penelitian eksperimen lebih menekankan pada validitas internal. Pada penelitian non eksperimen, desain penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu: desain komparatif dan korelasional.

1. Desain komparatif
Pada desain komparatif, penelitian diarahkan untuk membandingkan satu kelompok sampel dengan kelompok lainnya.
2. Desain korelasional
Jika dalam desain komparatif tujuannya adalah membandingkan dua variabel atau lebih, maka dalam desain korelasional tujuannya adalah menghubungkan dua variabel atau lebih.

Model Hubungan Antar Variabel
Desain penelitian korelasional juga dapat ditunjukkan dengan model hubungan antar variabel. Terdapat tiga model hubungan antar variabel, yaitu:
1. Hubungan Sebab Akibat
Terjadi jika variabel yang satu menjadi penyebab variabel yang lain. Atau dengan kata lain, dalam model hubungan tersebut ada variabel yang menjadi penyebab dan ada variabel akibat.
2. Hubungan Timbal Balik
Terjadi manakala suatu variabel menjadi penyebab sekaligus akibat dari variabel yang lain.
3. Hubungan Simetris
Terjadi jika dua variabel atau lebih berhubungan, tetapi bukan dalam bentuk sebab akibat maupun timbal balik.
5 Jurnalnya Andre: November 2013 JENIS PENELITIAN Ada banyak jenis masalah dalam pendidikan jasmani dan olahraga , dan setiap jenis masalah memerlukan cara pemecahan yang ...

Hijab doesn't stop you from anything


ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI TA’ALA WABARAKATUH.
RESPECTED BROTHERS & SISTERS IN ISLAM.

TO ALL DEAR RESPECTED MUSLIMAHS, I HAVE THIS TO SAY BEFORE I GO…….

O MUSLIM WOMEN….Hijab doesn't stop you from anything. They do. They, the Islamophobes, Hate-campaigners, Muslim-haters, Anti-Muslim websites/links and ignorant people who judge or hate you based on how much fabric you are wearing on YOUR OWN body---or how little.

The more you wear (or the less---they don’t know because you don't flash it all at them under your robes) gives rise to the guise "extremist". As if they could tailor you into the slim suit of their narrow understanding. Violence for the sake of making one's self heard is extreme. You can be heard without violence. You can speak without words.

When You wear hijab, you will quickly be chastised by them for wearing a brand that reads "Muslim". Yes…the one who practices Islam. That's why they stop you in airports. That’s Why they ban you from schools. They who created or were born of the consumer generation, seed of this capitalistic market, the "Muslim" is a brand name that threatens their own innovations. They lack the creativity to compete with Islam. Their designs do not have the same quality---they just don't hold up. Atheism, Christianity, Judaism, Budhism, capitalism, communism, liberalism... Whatever brand they aspire to...

Islam is tailored. Individual, universal truth, beautiful and inspired, between the Creator and the Created, Haute Couture. They're just speaking off-the-rack……and you are not buying.
And they can't sell it either---if they don't own it. Sure, they can buy one or two of "us" off... at the price of this world. But they know that they don't have enough assets in all their corporations and banks that exist and have existed and will exist, to buy Islam out. Because every "Muslim" owns a share in Islam. Those who have lived and now do not. Those born, those being born, and those yet to be born. Don't hire us. Ban us from school. And then go on and talk of "freedom" all you like.

If "Muslim" is your brand to them, they must know that you wear it prouder, prouder than the flag of any nation, and God-willing will carry it longer...than your Chanel bag.

No interlocked CCs, no fancy Gs, no LVs, no Nike check, or a crown or a halo or a martyr's wreath are a better logo that give you a better status and recognition as a Muslim, than your hijab. It expresses the fact that you believe in One God, "la illaha il Allah", and you are trying to be a better person, humble, always examining yourself. It says: "I want to be recognized for that, and not the vogue of my physical appeal or the devices of my worldly station".

If they strip you naked, and prevent you from all clothes or the means to them, you will still be wearing hijab in your heart, but if you have the clothes, and you do not wear them for the fear of being recognized as a Muslim or the wish to please and obey them and others over what is pleasing and commanded by your Creator, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, you do not have the hijab in your heart…you get that?

Hijab is the thread of truth that is woven by our heart's understanding, to the cloth that covers our minds, our ears, our tongues, and our hands, from committing evil actions, out of sincere love for what is good and beautiful beyond us. The cloth that we cover our bodies with is called hijab but it is only the expression of that. The expression you make is the garment that covers the evil actions of others'.

That isn't to say that you don't believe the clothing that expresses your beliefs and intentions prevents the evils of others, nor do you believe men are uncontrollable beasts who will jump on any woman they happen to see uncovered. You mean after all, rapists usually take off some form of clothing in order to be able to rape, so an uncovered woman isn't any superior to a covered woman in my own mind. The expression I make is the garment that covers the evil actions of others isn't meant for prevention, it is deeply personal but at the same time, an example. I deeply believe in street fashion so to speak. I believe simply by living my own life as a good example and striving individually for success in this life and in the next, others will want to do the same: cover themselves from evil. One's sense of style in Islam to continue on this long-winded metaphor, is individual and thought-provoking. I am lowering my gaze from things that might hurt me. Hopefully I am reminding you that you should too, not that I think that you are a rapist, or a cuckoo mama if you aren't Muslim or don't cover.

They can wear a maxi dress over their breasts, hips and legs. They can wear a cardigan on their shoulders and over their arms. They can wear a scarf around their neck. And they will call it “beautiful”..
”charming”..”photogenic”..“ gorgeous”!. But when you cover your arms and shoulders, your bosoms, back and legs, and lift that scarf up so it is on your head and covers your hair (or your face) and suddenly you are "forcing your religion on them"? or you are being an "extremist"?. They express their feminity in a different way than you do. Does that mean your way is wrong? NO!!! Or maybe we just cut from a different cloth?

They say they prefer you in colour when you choose to wear black (because you like it not because its Islamic) but I bet,…they would never have the nerve to go up to Catherine Zeta-Jones or Angelina Jolie in their black evening Oscar dresses and say the same). Who are THEY to tell you what colours to wear? The muttawa?
They can wear yards and yards of fabric in an evening dress but you wear less fabric than that in your abaya and they think that suddenly, you can't walk? You are suddenly "a safety hazard" and "suppressed"?.... and they even dare to call you an "extremist"?

Your hijab doesn't stop you from anything. You have seen firefighter and doctor niqabis, karate champ, gold medalist, and politician hijabis. You ski, rock climb, swim, work in the public, horse back ride, skate, and got married all in hijab, jilbab and khimar. The only thing that stops you is "Muslims" who mislabel and the kafirun that don't want to know who really is suppressed.

NOW PLEASE WEAR YOUR HIJAB, WEAR IT RIGHT AND WEAR IT PROUDLY FOR THE SOUL SAKE OF ALLAH THE ALMIGHTY>

SUBHANALLAH! ALHAMDULILLAH! WALA ILAHA ILLALLAHU ALLAHUAKBAR!!!


from my friend.
5 Jurnalnya Andre: November 2013 ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI TA’ALA WABARAKATUH. RESPECTED BROTHERS & SISTERS IN ISLAM. TO ALL DEAR RESPECTED MUSLIMAHS, I HAVE ...

Tuesday 12 November 2013

Al Qolam


Nun. Walqolami wa maa yasthuruun.


Berbaur latar
Bercampur jiwa
Menjalin rasa
Menyusun cerita
Demi Islam, semoga jaya.

Selama pena masih digenggam
Tinta pun masih tak beku
Kami akan tetap menulis
Walau harus tersapu angin
Walau harus terhapus hujan

Al Qolam
Pena yang dalam genggaman
Genggaman umat islam
5 Jurnalnya Andre: November 2013 Nun. Walqolami wa maa yasthuruun. Berbaur latar Bercampur jiwa Menjalin rasa Menyusun cerita Demi Islam, semoga jaya. Selama pen...

Monday 11 November 2013

Tinjauan undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional


Undang-undang sistem keolahragaan nasional menjelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan olahraga yang dilaksanakan di Indonesia. Di dalamnya dibahas hak dan kewajiban setiap warga negara dan pemerintah dalam hal penyelenggaraan keolahragaan untuk meningkatkan harga diri bangsa. Pada dasarnya setiap orang memiliki hak dan kewajiban terkait keolahragaan.

Banyak aspek dan hal-hal keolahragaan yang diatur dalam UU SKN, namun rupanya ada hal yang tidak termasuk dalam UU ini yaitu tentang warga negara asing yang terlibat dalam olahraga di Indonesia. Dalam pasal 1 UU SKN terdapat ayat-ayat tentang pelaku olahraga, pengolahraga, olahragawan, dan Pembina olahraga. Dalam ayat-ayat itu tidak dibahas secara khusus apakah mereka warga negara Indonesia atau warga negara asing. Untunglah pembahasan tentang hal tersebut ada dalam PP No 16 tahun 2007. Selebihnya pasal-pasal dan ayat-ayat lainnya saya rasa sudah memadai untuk memayungi seluruh aspek keolahragaan di Indonesia.

Dengan adanya undang-undang yang mengatur aspek keolahrgaan di Indonesia, maka setiap kegiatan penyelenggaraan olahraga di Indonesia diharapkan berjalan lebih tertib dan teratur. Namun pada kenyataannya tidak selalu sesuai dengan harapan. Saya berikan beberapa contoh. UU ini dibuat dengan pertimbangan pembukaan UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi di lapangan kita sering melihat banyak pengolahraga, pelaku olahraga, olahragawan maupun Pembina olahraga yang tidak sejahtera hidupnya. Seringkali saya lihat beberapa klub olahraga yang ‘gulung tikar’ karena pelatihnya beralih profesi. Hal itu karena dia merasa pendapatan dari melatih itu tidak dapat mencukupi kebutuhannya.

Masih banyak masalah lain terkait olahraga yang saya rasa masih belum sesuai dengan UU SKN. Dalam pasal 1 ayat 9 disebutkan bahwa Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga. Sedangkan di Indonesia masih banyak tenaga keolahrgaan yang dilibatkan dalam berbagai event padahal mereka belum tentu memiliki sertifikat. Misalnya, dalam suatu kejuaraan olahraga tingkat daerah, wasit yang digunakan belum tentu bersertifikat, tenaga P3Knya belum tentu bersertifikat. Namun hal itu juga disebabkan beberapa hal. Kurangnya tenaga yang bersertifikat salah satu sebabnya adalah pelaksanaan sertifikasi itu sendiri memang jarang dan tidak tentu waktunya. Saya pernah mengikuti penataran wasit tenis, dan setelah itu penataran serupa tidak pernah dilaksanakan lagi dalam waktu yang lama. Baru setelah sekitar tujuh tahun kemudian penataran itu dilaksanakan kembali.

Dalam pasal 5 a disebutkan bahwa prinsip penyelenggaraan keolahragaan adalah tidak diskriminatif. Memang secara umum penyelenggaraan keolahragaan di Indonesia tidaklah diskriminatif. Namun tetap ada juga praktik diskriminatif dalam bidang olahraga. Seorang pelatih tinju, Damianus Yordan mengungkapkan bahwa pemerintah cenderung diskriminatif terhadap olahraga tinju tidak seperti sepakbola dan bulutangkis. Selanjutnya di pasal 5 g dibahas tentang sarana dan prasarana olahraga. Akan tetapi pembahasannya menurut saya kurang lengkap. Di situ tidak ada pasal atau ayat selanjutnya yang mengatur kepemilikian sarana dan prasarana olahraga. Selain itu mengenai pemeliharaan sarana olahraga masih belum optimal, jika ada sarana yang kurang terurus justru jadinya saling tuding dan saling lepas tanggung jawab. Selain itu masih ada fasilitas olahraga yang kurang terurus di beberapa daerah. Misalnya di Bali. Seorang pengamat olahraga, Made Nariana mengatakan pemerintah Bali masih menganaktirikan bidang keolahragaan dan lebih fokus pada kepentingan politiknya.

Tapi untunglah masih ada beberapa pemerintah provinsi yang berusaha memberikan layanan olahraga terhadap masyarakatnya sebagai wujud penerapan UU SKN pasal . Di Jawa Barat, lapangan Gasibu sempat beralih fungsi dari fasilitas olaharaga menjadi pasar kaget di hadi Minggu. Tetapi mulai September 2013 Ahmad Heryawan selaku gubernur Jawa Barat secara bertahap akan mengembalikan fungsi lapangan Gasibu sebagai pusat kegiatan olahraga. Ahmad menuturkan area Gasibu nantinya akan ditata antara tempat olahraga dan tempat berjualan. Jadi tanpa mengesampingkan aspek sosiologis ekonomi olahraga dia juga berusaha meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam olahraga. Selain pemprov Jabar, pemprov DKI juga menunjukkan usahanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam olahraga. Salah satu usahanya adalah dengan menggratiskan fasilitas olahraga pada tanggal 9 September 2013 lalu yang bertepatan dengan hari keolahragan nasional. Gubernur DKI Joko Widodo menerangkan tujuan dari penggratisan fasilitas olahrga itu adalah untuk membudayakan masyarakat untuk bergerak.


Referensi :
Pemerintah “Diskriminasi” Atlet Profesional. Kompas. 22 Oktober 2012. http://olahraga.kompas.com/read/2012/10/22/12231998
Pengamat Minta Pemerintah Perbaiki Fasilitas Olahraga. Antaranews. 28 September 2013. http://bali.antaranews.com/berita/44369/pengamat-minta-pemerintah-perbaiki-fasilitas-olahraga
Tahun 2014, Lapangan Gasibu Akan Dibenahi. Jabarprov. 15 September 2013. http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/7229
DKI Gratiskan Fasilitas Olahraga pada 9 September. Kompas. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/07/1923104/DKI.Gratiskan.Fasilitas.Olahraga.pada.9.September
5 Jurnalnya Andre: November 2013 Undang-undang sistem keolahragaan nasional menjelaskan tentang segala hal yang berkaitan dengan olahraga yang dilaksanakan di Indonesia. ...

Staleness and Overcompensation Part I

Kali ini saya 'tulis balik' tulisan yang ada di buku kuliah saya ke blog. Kalo dipahami dengan baik, pasti kalian akan paham bagaimana kaitannya prinsip ini dengan kehidupan sehari-hari.

Latihan keras memang wajar jika ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya. Konsekuensi latihan yang keras adalah kelelahan. Dalam keadaan normal kelalahan akan hilang dalam 24 jam. Dan setelah itu kelelahan akan hilang dan tubuh bugar kembali. Akan tetapi ada atlet atau pelatih yang melakukan latihan terlalu keras demi prestasi yang singkat dan tinggi tanpa memperhatikan pentingnya istirahat yang cukup. Hal ini sangat membahayakan bagi kemampuan atlet. Keadaan bahaya yang dimaksud adalah staleness.

Bompa (1983) menyebut staleness sebagai "... a pathological state of training. It is result of overlooking the work recovery ratio, and exposing the athlete to high intensity stimuli when he / she is in state of fatigue". Kemudian dikatakan bahwa, kalau pelatih tidak memperhatikan kesemibangan antara kerja dan istirahat, maka "... the balance between the two is upset. As a consequence a fatigued athelete will not recover, overcompensation will not occur and he . she may rach a state of exhaustion. When a coach fails to take adequate measures even at this late time, on the basis of an acute residual fatigue and exhaustion, the overtraining state the results".

Overkompensasi mengacu pada dampak latihan dan regenerasi pada organisme tubuh kita yang merupakan dasar biologis guna persiapan atau arousal (gugahan) fisik dan psikologis dalam menghadapi suatu pertandingan. Kalau orang berlatih, maka dia dihadapkan pada serangkaian latihan yang menyebabkan keadaan biologis normalnya menjadi terganggu. Keadaan ini disebabkano leh terbakarnya sumbuer-sumber makanan yang tersimpan dalam tubuhnya. Karena itu usai latihan atlet akan mengalami kelelahan, baik kelelahan fisik maupun kelelahan mental dalam sistem pusat syaraf karena konsentrasi asam laktat dalam darah menjadi tinggi. Karena kondisi demikian, maka kemampuan dari fungsi-fungsi organisemenya untuk sementara akan menurun. Maka dari itu dia perlu istirahat.

Selama masa istirahat ini, sumber-sumber energi biokemikal bukan saja diganti, namun akan pula meningkat sampai melewati keadaan dan tingkat kondisi semula. Hal dimungkinkan dengan cara mengerahkan sumber-sumber cadangan energi yang ada dalam tubuh kita. . Tahap ini disebut tahap rebounding atau overkompensasi. Namun perlu diperhatikan bahwa overkompensasi maksimal hanya bisa dicapai kalau stimulus yang diberikan dalam latihan cukup tinggi, artinya lebih dari 60% agar terasa training effect-nya. Stimulus yang kurang dari 60% tak akan mengakibatkan munculnya overkompensasi yang cukup untuk perkembangan prestasi.

Overkompensasi ini dianggap sebagai fondasi fungsional dari efisiensi dalam olahraga yang merupakan hasil dari adaptasi organisme kita terhadap rangsangan latihan. Dengan kata lain, di tahap overkompensasi inilah kinerja dan energi fisik atlet adalah yang paling tinggi.

Involusi. Kalau masa istirahat berlangsung terlalu lama, maka overkompensasi akan memudar atau menghilang sama sekali sehingga akan terjadi proses yang disebut involusi (Bompa, 1994) atau decay (Rushall dan Pyke, 1990).

Siklus overkompensasi (Bompa:1994)

5 Jurnalnya Andre: November 2013 Kali ini saya 'tulis balik' tulisan yang ada di buku kuliah saya ke blog. Kalo dipahami dengan baik, pasti kalian akan paham bagaima...

Friday 8 November 2013

Jakarta 6 Nov 2013

Wuaaaww.. UNJ.
Hari ini saya lagi jadi orang asing dikampus orang lain. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta bro... Begitu turun dari mobil travel, rombongan langsung menuju tempat pelaksanaan konferensi nasional. Saya berjalan melewati para mahasiswa UNJ seolah-olah mereka adalah mahasiswa UPI.

Ada yang beda. Ya iyalah beda. Di UNJ mahasiswa yang 'jelas' penampilan islaminya jarang banget. Beda sama UPI. Di sana nemu mahasiswa 'dengan jaket berlambang palestina' cuma satu :o. Begitu sampai ke tempat pelaksanaan acara rupanya sesi pertama sudah hampir selesai, kami terlambat. Wah... Sesi berikutnya dilaksanakan setelah isoma. Jam 12 kami isoma. Kami ke masjid dan wah... Masjidnya nggak sebesar masjid UPI. Tempat wudlunya paling cuma bisa dipake sama sepuluh orang. Wow.. Tapi... Tapi... Pikiran saya melayang, teringat masjid di UPI. Masjid di UNJ kecil, lowong, nggak penuh. Sama seperti masjid di UPI. Masjid yang besar tapi nggak pernah penuh. Wah.. Masjid di UPI itu terlalu besar menurut saya mah. Dari sekian banyak mahasiswa UPI ditambah karyawannya, nggak pernah bisa menuhin masjid di jam shalat. Jadinya... kalo ada jamaah yang ketinggalan ya mereka tersebar shalatnya, ada yang di dalam, di selasar lantai utama, dan di lantai bawah. Dan di setiap area itu pun jadinya nggak cuma satu jama'ah, bisa sampe tiga atau lebih. Coba kalo masjidnya kecil, pasti penuh.. XD.

Wow lagi. Sholat udah beres, balik lagi ke tempat acara. Sekarang saatnya dosen saya yang jadi pemateri. Begitu materi dimulai dan beliau menampilkan slidenya, waduh! Rupanya materi yang disampaikan nggak beda dengan materi kuliah. Kalo gini mah ngapain jauh-jauh ke Jakarta atuh? Selama pematerian berlangsung hingga acara selesai saya hanya memperhatikan sekedarnya. Hadeh.. Rupanya cuma gitu aja, kata saya dalam hati.



Selesai acara kami pun pulang, di perjalanan kami ngobrol ngalor ngidul ngaler ngetan. Sampe suatu momen pas temen saya nyeletuk "wah, akhirnya obsesi pak dosen tadi tercapai, dia bisa menyampaikan keinginannya kepada Indonesia" gitu katanya. WoW! Dari situ baru saya sadar. Walaupun pemikiran saya beda dengannya tapi dia bikin saya sadar. Kalo teman saya itu berpikir bahwa itu adalah obsesi pak dosen yth, saya berpikir bahwa itu cara beliau untuk menanamkan pelajaran kepada mahasiswanya. Agar mahasiswanya lebih mengerti  makanya hal yang sama diulang-ulang. Tadinya saya merasa rugi udah jauh-jauh datang ke Jakarta cuma buat ngikutin materi yang sama, tapi kemudian saya ngerasa beruntung karena bisa datang dan mendalami materi yang dianggap penting oleh dosen ybs. Makasih pak dosen saya jadi tahu UNJ, saya bisa mendalami materi, saya lebih paham, dan saya jadi tahu setidaknya saya berada di kampus yang benar. Alhamdulillah.
5 Jurnalnya Andre: November 2013 Wuaaaww.. UNJ. Hari ini saya lagi jadi orang asing dikampus orang lain. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta bro... Begitu turun dari mobil ...

Thursday 7 November 2013

Truk Sampah

Garut - Bandung, KM sekian saya lupa.
Diperjalanan tadi saya 'dipertemukan' dengan sebuah truk sampah dari arah berlawanan. Dari jauh aja sudah kelihatan itu truk sampah walaupun di truk itu tidak ada tulisannya "ini adalah truk sampah" dan di jalan juga nggak ada tulisan "awas di depan ada truk sampah". Begitu tahu di depan ada truk sampah, dalam diri saya timbul perasaan ingin menjauhi dan menahan nafas saat berpaspasan. Pertemuan pun tidak bisa dihindari, saya pun menahan nafas. Tapi... Setelah kami berpaspasan dan mobil itu sudah berlalu beberapa meter bau busuknya masih tercium. Hmmppp.... rasanya mau muntah, mau pingsan. Lah... kok jadi kepikiran buat jadi bahan tulisan.

Gini, pasti kalian pernah baca artikel tentang paku yang tertancap di kayu kan? Paku itu dianalogikan sebagai perbuatan buruk seseorang, ketika paku itu dicabut masih ada lubang di kayu itu, dan lubang itu dianalogikan sebagai hati seseorang. Walaupun kita sudah meminta maaf atas perbuatan buruk kita terhadap seseorang, tapi pasti masih ada bekasnya di hati orang itu.

Nah,, ini juga mirip. Kita tahu kalo truk sampah itu isinya ya sampah. Sesuatu yang identik dengan kotor dan bau busuk. Sampah itu saya ibaratkan ucapan atau perbuatan seseorang dan truk itu adalah orangnya. Ketika truk sampah terlihat dari kejauhan, orang yang mengerti cenderung akan menghindarinya. Sama halnya jika ada orang yang perbuatan dan ucapannya selalu kotor dan busuk. Orang lain akan enggan untuk dekat-dekat dengannya, pasti menjauhinya. Begitu melihatnya dari jauh, orang-orang akan cenderung menghindarinya.

Jika sudah terlanjur berpaspasan dengan orang seperti itu, orang lain akan berusaha menahan panca inderanya, pura-pura tak melihat dan jika berbicara dengan orang itu akan pura-pura tidak mendengar. Namanya juga pura-pura pasti sebenarnya ya terdengar dan terlihat. Apa yang orang itu ucapkan pasti terekam dalam memori, tidak hanya sesaat. Walaupun orang itu sudah pergi dan tidak ada di situ tapi perasaan kesal terhadap perbuatan dan ucapan orang itu akan terus ada hingga beberapa waktu. Seperti truk sampah yang sudah berlalu tapi masih tercium bau sampahnya.
5 Jurnalnya Andre: November 2013 Garut - Bandung, KM sekian saya lupa. Diperjalanan tadi saya 'dipertemukan' dengan sebuah truk sampah dari arah berlawanan. Dari ja...
< >