Friday 5 December 2014

Kembali ke Alam

Perkembangan suatu zaman tidak pernah lepas dari proses pembangunan, baik pembangungan dalam bentuk fisik berupa gedung-gedung maupun tatanan kehidupan berupa ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Namun, perkembangan teknologi yang telah berjalan sejak dulu hingga sekarang membuat sebagian besar orang merusak alam dan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk kembali ke sunnatullah atau lebih dikenal dengan istilah alam (nature). Selain itu, anak-anak kita juga perlu dilatih dan dididik agar mereka siap untuk menghadapi situasi terburuk di masa yang akan datang. Dalam surat Al Baqarah ayat 155 Allah swt berfirman yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa setiap manusia pasti akan diuji dengan rasa takut. Ketakutan yang dialami bisa berupa ketakutan terhadap gelap, air, ketinggian, situasi alam yang memburuk, atau rasa takut yang saat ini banyak di alami oleh sebagian besar masyarakat.

Anak-anak pada masa kini khususnya yang hidup di perkotaan terbiasa melihat gedung-gedung bertingkat dan komplek perumahan atau pemukiman yang padat. Mereka jarang sekali berinteraksi langsung dengan alam yang telah Allah ciptakan untuk dinikmati oleh manusia. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah tidak ada yang sia-sia. Penting bagi setiap orang tua untuk menjaga anaknya dari segala bahaya yang mungkin terjadi. Khususnya pada saat ini, dari berbagai penelitian banyak diketahui bahwa anak-anak yang memiliki kondisi yang lemah. Keadaan lemah yang dimaksud antara lain obesitas. Pada tahun 2007 prevalensi obesitas pada anak usia 5 - 15 tahun masih sekitar 8,8% (Ratu, 2011). Namun, pada tahun 2013 terdata sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi obesitas dengan persentase anak-anak usia 5 – 12 tahun sebesar 18,8% (Tempo.co, 2014).

Salah satu faktor yang menjadikan lemahnya kondisi anak-anak adalah kurangnya outdoor activity (aktifitas luar ruangan), sebaliknya mereka lebih banyak melakukan indoor activity (aktifitas di dalam ruangan). Yang dimaksud indoor activity adalah aktivitas pasif yang membuat anak lebih banyak diam seperti menonton televisi dan bermain game. Sedangkan, tayangan-tayangan di televisi maupun game yang dimainkan oleh anak-anak saat ini banyak yang mengandung muatan negatif dan merusak (destruktif) berupa pembunuhan, perusakan, kata-kata kasar, dan perilaku seksual. Namun, karena sebagian besar orang tua membiarkan anak-anak berada di lingkungan seperti itu, akhirnya anak-anak menganggap bahwa segala bentuk kejahatan yang merusak tersebut adalah perbuatan yang normal. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan generasi selanjutnya setelah mereka akan semakin rusak, mereka juga tidak akan mampu menjaga perdamaian di dunia ini dan akhirnya hanya akan meninggalkan dunia yang tidak layak untuk ditinggali. Allah swt berfirman dalam surat Ar Rum ayat 41"telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Dari ayat tersebut jelas bahwa segala bentuk kerusakan di bumi tidak semata-mata hanya fenomena alam tanpa sebab, melainkan atas perbuatan manusia. Misalnya banjir akibat saluran air tersumbat oleh sampah atau longsor akibat penggundulan hutan.

Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan pendidikan yang tepat agar seorang anak memiliki sifat membangun (konstruktif) bukan merusak (destruktif). Seorang anak juga harus diberikan pemahaman agar mereka mampu menjaga alam ini untuk generasi setelah mereka nanti. Hal itu dapat terwujud jika dalam diri anak terdapat kecintaan dan kesadaran untuk memelihara alam. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan luar ruangan (outdoor education) untuk anak-anak.

Outdoor education adalah pendidikan yang diberikan di ruang terbuka dengan materi tentang alam terbuka, dan untuk alam terbuka (Ford, 1986). Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa outdoor education dapat dilakukan di alam seperti pegunungan, pantai, hutan, sungai, atau laut. Dengan keterlibatan anak dalam kegiatan di alam bebas outdoor education mampu menumbuhkan rasa ingin menjaga agar alam ini selalu berada dalam kondisi yang layak untuk ditinggali.

*Latar belakang tesis >__<  XD
5 Jurnalnya Andre: Kembali ke Alam Perkembangan suatu zaman tidak pernah lepas dari proses pembangunan, baik pembangungan dalam bentuk fisik berupa gedung-gedung maupun tatana...

No comments:

Post a Comment

< >