Monday 24 March 2014

CFD, Anak Alay dan SPG.

Salah satu permasalahan umum di kota besar adalah polusi dari asap kendaraan. Untuk mengatasinya berbagai cara dilakukan oleh pemerintah. Cara yang dilakukan di tingkat pemerintahan pusat berbeda dengan di tingkat daerah, beda pula dengan cara yang diterapkan di tingkat yang lebih bawah. Kota Bandung adalah salah satu kota besar yang tidak terhindar dari masalah ini. Melirik program yang diberlakukan di wilayah DKI Jakarta, pemerintah kota Bandung pun menerapkan program Car Free Day (CFD). Program ini direspon baik oleh masyarakat kota Bandung. Setiap saya datang pada jadwal CFD di tempat yang telah ditentukan, ternyata memang tidak pernah sepi. Berbagai kegiatan dilakukan di sana mulai dari aktivitas jual beli, berjalan-jalan, jogging, bersepeda hingga orasi dari ormas tertentu.

Namun, saya melihat masih ada yang perlu dibenahi dalam pelaksanaan acara ini. Yah, seperti biasa mengoreksi kesalahan orang lain itu memang mudah, jadi harap maklum.

Oke, mari kita bahas apa saja yang perlu dibenahi.
Saya masih melihat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Pemerintah sudah menyediakan banyak tempat sampah di area CFD, akan tetapi yang saya temukan adalah tempat sampah itu tidak semuanya penuh. Jelasnya, pengunjung CFD banyak yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Di jalan banyak sekali berserakan sampah. Sampah-sampah itu terdiri dari sampah bekas bungkus makanan atau minuman dan sampah kertas berupa selebaran atau brosur yang dibagikan oleh pihak-pihak yang sedang melakukan promosi. Diperlukan kesadaran dari semua pihak, tidak bisa dari satu pihak saja. Pihak yang sedang melakukan promosi sebaiknya tidak membagikan brosur mereka ke setiap orang, karena bisa jadi orang yang diberinya sedang tidak tertarik atau tidak membutuhkan informasi tersebut. Pihak penerima juga harus mempertimbangkan, berani menolak jika memang tidak tertarik daripada harus menerima tetapi akhirnya dibuang sembarangan.



Masalah selanjutnya adalah rokok. Hal ini pernah disinggung oleh Kang Emil. Program CFD diadakan sebagai upaya untuk mengurangi polusi di area tertentu pada waktu tertentu. Namun ironisnya, polusi asap kendaraan tidak ada tetapi diganti dengan polusi dari asap rokok. Bahkan lebih parah lagi, diantara para perokok itu tidak sedikit yang berusia masih sangat muda. Saya berharap semoga para perokok yang mengunjunngi CFD mau berbaik hati untuk tidak merokok di tempat itu. Dan bagi pemeritah mungkin bisa menyediakan area khusus merokok. Tapi tunggu dulu, bukan berarti ini saya mendukung perokok, justru saya ingin pengunjung lain yang bukan perokok bisa terhindar dari asap rokok para perokok.

Selain masalah kebersihan (sampah) dan rokok, saya melihat masalah yang cukup memprihatinkan. Di CFD banyak sekali pengunjung yang masih anak-anak. Malah jika saya boleh menebak, pengunjung CFD ini justru didominasi oleh anak-anak. Situasi di CFD sejauh yang saya pantau sangat tidak kondusif bagi anak-anak. Di sana ada SPG yang berpakaian seksi, ABG yang berpakaian seksi, dan anak-anak yang datang ke sana banyak sekali yang bergaya ala gengster. Mereka anak-anak seusia SD dan SMP. Banyak yang datang ke sana bergerombol dan mereka itu berjalan bersamaan laki-laki perempuan, dan berpegangan tangan. Jelasnya, mereka itu berpacaran di area ini. Masalah ini jika dibiarkan bisa menjadi masalah yang lebih serius. Memang mereka di sana bersenang-senang, namun cara mereka bersenang-senang itu tidak baik. Mungkin pemerintah bisa memberikan solusi memikirkan berbagai cara yang mungkin bisa menjadi solusi untuk masalah ini.

Selain tidak baik bagi anak-anak, kehadiran para SPG berpakaian seksi itu juga tidak baik untuk kondisi masyarakat. Anda pasti paham deh, tidak perlu saya beri penjelasan.

Beberapa waktu yang lalu, jika saya datang ke CFD saya masih melihat aktivitas senam. Tapi akhir-akhir ini saya tidak pernah menemukan aktivitas itu lagi. Malah yang ada adalah kegiatan nyanyi-nyanyi di sertai joget-joget. Panitia yang mengadakan acara itu meminta penonton (hadirin) yang ada di dekat panggung itu untuk ikut berjoget. Entahlah, saya punya persepsi sendiri yang membuat saya menganggap joget dan menari itu beda. Memang, jika dilihat dari hasil aktivitasnya, olahraga senam akan mengakibatkan kelelahan, membuat berkeringat, dan menaikkan suhu tubuh, begitu juga aktivitas joget. Akan tetapi ada manfaat lain dari olahraga yang tidak terdapat dalam aktivitas berjoget. Senam adalah termasuk dalam aktivitas olahraga rekreasi. Maksudnya selain membuat tubuh sehat dengan memperhatikan esensi olahraga, juga membuat pesertanya merasa senang dan terhindar dari stress. Dalam aktivitas berjoget tidak ada nilai-nilai keolahragaan, yang ada hanya kebahagiaan dan kelelahan saja. Bahkan dalam aktivitas joget yang kacau itu tidak ada sama sekali aspek seninya.

Yah, untuk sementara mungkin itu saja yang bisa saya tuliskan di blog ini untuk saat ini. Mungkin nantinya bisa nambah :)

nanti ya gambarnya nyusul, koneksi lagi lelet.
cuma tulisan dari orang bodoh seperti saya
5 Jurnalnya Andre: CFD, Anak Alay dan SPG. Salah satu permasalahan umum di kota besar adalah polusi dari asap kendaraan. Untuk mengatasinya berbagai cara dilakukan oleh pemerintah. Ca...

2 comments:

< >